Sabtu, 26 November 2011

peran pemangku kebijakan dalam mengoptimalkan sumber belajar


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan manampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar (AECT 1994), Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990: 83) menyebutkan sumber belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh si-belajar agar terjadi perilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan.
Untuk meningkatkan gairah siswa dalam belajar, siswa perlu diberi kesempatan untuk mencari data dari berbagai sumber agar dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Dengan menggunakan berbagai media pengajaran siswa tidak hanya menggunakan alat pendengaran untuk mendapatkan pelajaran, tetapi dengan melalui pengadaan variasi tampilan dan alat indera lain yang digunakan diharapkan siswa akan semakin terpacu di dalam belajar. Di sinilah pentingnya media dalam pembelajaran.
Untuk menyalurkan pesan dalam proses pembelajaran dengan bantuan media akan mempermudah siswa untuk memahami, mengerti, serta mengingat materi yang disampaikan oleh guru. Namun demikian guru dituntut dapat memiliki, menciptakan, dan menggunakan media sesuai dengan tujuan, jenis materi, dan strategi yang digunakan.
BAB II
PEMBAHASAN


A. Apa sumber belajar itu?
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
B. Apa fungsi sumber belajar?
Sumber belajar memiliki fungsi :
  1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
  2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
  3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
  4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
  5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
  6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa
C. Ada berapa jenis sumber belajar?
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
  1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
  2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
D. Apa kriteria memilih sumber belajar?
Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
E. Bagaimana memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar?
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka.
Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.



F. Bagaimana prosedur merancang sumber belajar?
Secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur sebagai berikut:
sumber belajar1
G. Bagaimana mengoptimalkan sumber belajar?
Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Belakangan ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa “dipaksa” untuk menyewa internet –yang memang ukuran Indonesia pada umumnya-, masih dianggap relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola saja oleh masing-masing sekolah? Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah hasilnya akan jauh lebih efektif dan efisien, dibandingkan harus melalui rental ke WarNet. Bukankah sekarang ini sudah tersedia paket-paket hemat untuk berinternet yang disediakan para provider?











BAB III
PENUTUP

Istilah sumber belajar sudah sering diperbincangkan terutama di
lingkungan masyarakat kependidikan. Apabila setting-nya sekolah, berbicara
mengenai sumber belajar, maka yang pertama-tama terlintas di dalam pemikiran
adalah guru yang berperan sebagai sumber belajar bagi para peserta didiknya.
Apabila sedikit agak lebih lama, maka yang terlintas berikutnya di alam pikiran
kita adalah buku, baik itu buku pegangan guru maupun buku pegangan peserta
didik. Guru menggunakan buku untuk membantu dirinya menyajikan materi pelajaran
kepada segenap peserta didiknya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pertanyaan yang mungkin terlontar
adalah apa yang terlintas di dalam benak kita kalau anak belajar di rumah?
Demikian juga dengan anak yang sedang belajar di perpustakaan sekolah atau
perpustakaan umum, apa yang segera muncul di dalam benak kita? Apa pula yang
akan mencuat di dalam pikiran kita kalau dikatakan bahwa seorang atau
sekelompok anak sedang belajar di warung internet, di depan sebuah televisi
atau di sebuah taman? Masih banyak lagi setting yang dapat digunakan sebagai
tempat belajar. Jika demikian, lantas apa yang terbersit di dalam pikiran kita
setiap kita mendengar seseorang belajar dengan setting tertentu?
Dari uraian tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa belajar itu dapat
terjadi di mana-mana, baik di sekolah, di rumah, perpustakaan sekolah atau
perpustakaan umum, di warung internet, di sebuah taman atau pendeknya di mana
saja. Belajar sudah jelas, tidak lagi hanya terbatas di lingkungan sekolah.
Oleh karena belajar tidak hanya terjadi di sekolah tetapi dapat terjadi di mana
saja, maka dapat pula dikemukakan bahwa sumber belajar itu tidak lagi terbatas
pada guru tetapi jauh lebih luas daripada guru.
Berdasarkan informasi yang telah dikemukakan di atas, dapatlah dikatakan
bahwa sumber belajar dapat berupa guru, buku, internet, televisi atau
lingkungan (baca: taman).

DAFTAR PUSTAKA

[1]  Adaptasi dari : Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta.
[3]  http://harmonykids.wordpress.com/2008/05/26/strategi-belajar-dengan-aneka-sumber/
[4]  http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5399
-6.994042 108.436507

Minggu, 20 November 2011

penerapan ICT


BAB  I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap kegiatan pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses pembelajaran yang berlangsung dan dialami siswa di sekolah.
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga terwujudnya kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Komponen-komponen tersebut diantaranya siswa, guru, kurikulum, metode, sarana fisik, pengalaman belajar dan media pembelajaran. Interaksi berbagai komponen tersebut sejatinya melahirkan kegiatan pembelajaran yang bermuara pada kegiatan belajar siswa yang aktif, kreatif, efektif dan tentu saja, menyenangkan, sehingga siswa merasa betah di kelas dan merasa senang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain, seluruh kegiatan pembelajaran mestinya berpihak kepada kepentingan siswa. Guru sebagai salah satu komponen yang memiliki posisi yang sangat signifikan dalam kegiatan pembelajaran, dalam konteks ini tidak lagi memposisikan diri sebagai pemegang otoritas di kelas yang serba tahu dan sebagai satu-satunya sumber ilmu bagi siswa, melainkan hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Dalam pengertian ini, guru adalah figur demokratis yang mengayomi dan membimbing siswanya mencapai kompetensi yang ditetapkan. Guru adalah figur yang dengan cerdas menciptakan lingkungan belajar yang kreatif, inovatif dan berwawasan teknologi serta membuka peluang-peluang baru bagi siswa untuk berkembang secara mandiri sesuai dengan minat dan potensi yang mereka miliki.
Kegiatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa pada akhirnya telah menuntut guru sebagai fasilitator untuk lebih kreatif dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kemajuan teknologi. Guru dituntut untuk memiliki kepekaan dan kemampuan mengadopsi perkembangan teknologi untuk kepentingan kegiatan pembelajaran di kelas. Kemampuan dan kepekaan terhadap teknologi ini menjadi keniscayaan bagi guru jika guru ingin kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di kelas tidak membosankan bagi siswa. Jika siswa merasa bosan di kelas, maka pencapaian kompetensi yang ingin dicapai pun akan terhambat. Kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang berbasis pada teknologi akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan siswa mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Perkembangan teknologi komputer secara signifikan telah merubah kehidupan masyarakat termasuk cara mereka memperoleh pengetahuan. Internet telah menawarkan lautan informasi bagi siswa yang secara independen dapat mereka akses tanpa tergantung lagi pada guru di kelas. Jika guru masih menampilkan diri sebagai figur yang gagap teknologi, maka niscaya mereka akan ketinggalan oleh muridnya baik dari sisi penguasaan informasi maupun komunikasi. Kegiatan pembelajaran akan menjadi tidak menarik di mata siswa jika mereka menemukan gurunya sendiri tidak menguasai teknologi informasi.
Dengan kata lain, guru harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang kreatif dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kegiatan pembelajaran kreatif adalah suatu proses belajar yang diupayakan sekomunikatif mungkin sehingga situasi belajar menjadi menyenangkan. Menurut Tatang Suhendar, M. Si, (LPMP:2005) betapa pentingnya bagi guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan karena; pertama, akan membantu anak berhasil guna jika kita tidak bersama mereka; kedua, menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah; ketiga, menimbulkan akibat besar dalam kehidupan siswa dan; keempat, menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
B. Maksud dan Tujuan
Makalah ini disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pentingnya pemanfaatan (ICT) dalam kegiatan pembelajaran.
2. Untuk mendeskripsikan pemanfaatan aplikasi Microsoft Office dalam kegiatan    pembelajaran.
3. Untuk mendeskripsikan internet dan bahan ajar berbasis ICT.
4. Untuk mendeskripsikan keuntungan dan kelemahan pemanfaatan ICT dalam pembelajaran.
5. Untuk mendeskripsikan spesifikasi hardware dan software untuk kegiatan pembelajaran berbasis ICT.
6. Untuk mendeskripsikan tantangan yang ada di lapangan.

C. Pengertian Information and Communication Technology (ICT)
Teknologi komputer dapat berfungsi sebagai teknologi informasi maupun sebagai teknologi komunikasi. Seorang guru dalam konteks ini sejatinya menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Istilah Information and Communication Technology (ICT) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Istilah TIK dalam makalah ini bukan TIK sebagai Mata Pelajaran, melainkan sebagai segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi komputer dalam kegiatan pembelajaran. Dalam konteks ini, TIK sebagai information and communication technology based learning dan multimedia learning.
Secara akademis, pengertian teknologi informasi dapat dibedakan dengan teknologi komunikasi, meskipun pada prakteknya teknologi informasi dan komunikasi ibarat dua sisi mata uang. Teknologi informasi memiliki pengertian luas yang meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, pengunaan komputer sebagai alat bantu, manipulasi dan pengolahan informasi. Sementara teknologi komunikasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat yang lainnya. Dalam konteks pembelajaran, ICT meliputi segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan komputer untuk mengolah informasi dan sebagai alat bantu pembelajaran serta sebagai sumber informasi bagi guru dan siswa.
D. Keuntungan dan Kelemahan Pemanfaatan ICT
1. Keuntungan bagi siswa:
a) Interaksi siswa dengan guru melalui e-mail
b) Interaksi siswa dengan siswa melalui milis
c) Interaksi siswa dan siswa dengan guru bersama-sama
d) Interaksi siswa dengan pelajaran
e) Mendapat sumber belajar alternatif yang tersedia secara luas.

2. Keuntungan bagi guru:
a) Efisien dan efektif
b) Memperkecil kesalahan persepsi
c) Mengatasi masalah kekurangan alat
d) Mengembangkan kompetensi guru di bidang ICT.
e) Mengembangkan ICT dengan belajar mandiri, berinisiatif, kreatif dan inovatif.
f) Berkomunikasi dengan sesama guru secara nasional maupun internasional
g) Memperoleh materi ajar secara cepat dan murah berbasis ICT

3. Kelemahan pemanfaatan ICT:
a) Penggunaan internet memerlukan infrastruktur yang memadai
b) Penggunaan internet mahal
c) Komunikasi melalui internet sering kali lamban.

E. Tantangan yang dihadapi di lapangan
Terdapat beberapa tantangan yang menghadang ketika guru dituntut untuk memanfaatkan ICT dalam kegiatan pembelajaran. Tantangan tersebut bukan saja di tingkat guru, melainkan juga di sekolah, masyarakat dan pemerintah sendiri. Tantangan ini perlu dihadapi dan diatasi secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat. Di antara tantangan-tantangan tersebut adalah:
1. Terdapat kesenjangan infrastruktur antar daerah yang maju dan tertinggal. Di satu sisi terdapat daerah yang sekolahnya telah memiliki akses internet sementara di daerah lain terdapat sekolah yang belum masuk listrik.
2. Terdapat kesenjangan kulitas guru baik antar sekolah maupun antar daerah. Tidak semua guru menguasai teknologi informasi dan komunikasi, sehingga sangat sulit untuk menuntut mereka menyelenggarakan pembelajaran berbasis ICT meskipun di sekolah mereka telah mengakses internet. Sementara di sisi lain terdapat guru yang cukup menguasai teknologi informasi dan komunikasi namun di sekolah mereka belum mengakses internet atau bahkan belum mempunyai komputer.
3. Keterbatasan anggaran yang dimiliki sekolah dan pemerintah untuk melengkapi infrastruktur teknologi sehingga sangat sulit bagi sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran berbasis ICT.
4. Adanya resistensi dari kalangan masyarakat tertentu dengan dalih agama dan pelestarian nilai-nilai moralitas di masyarakat.
5. Adanya sikap merasa puas dengan apa yang telah ada di kalangan sementara guru dan kemudian bersikap resisten terhadap perubahan.

F. Tiga pilar Penerapan ICT
Ada 3 (tiga) pilar yang saling melengkapi guna penerapan ICT (Information and Communication Technology) di sekolah, antara lain:

1. Sistem Manajemen Sekolah (School Management System)
Suatu sistem yang mengatur bagaimana perencanaan, operasional, monitoring dan improvement suatu organisasi sekolah
2. Strategi Pengembangan ICT di Sekolah
Suatu perencanaan ICT jangka panjang terintegrasi untuk seluruh elemen di sebuah sekolah. Mencakup : jangkauan dan scope ICT, pemilihan teknologi (hard ware, software, jaringan, Internet provider, programming, data base system dll), tahapan implementasi, pelatihan ICT, Sosialisasi dll.
3. Pengembangan budaya ICT di Sekolah
Sebuah perencanaan yang bertujuan untuk membuat sebuah lingkungan belajar berbasis ICT, menuju budaya implementasi ICT di sekolah yang sehat dan efektif. Pengembangan budaya ICT ini melibatkan seluruh elemen sekolah (pimpinan, guru, karyawan, siswa dan bahkan orang tua siswa).
3 pilar tersebut harus berjalan seiring dan selaras, jangan sampai satu pilar lebih dominan dibandingkan yang lain.
Contoh: ICT sudah terset up dan di implementasikan di proses belajar mengajar, tetapi belum ada sistem baku yang mengatur bagaimana model belajar mengajar menggunakan ICT. Bisa jadi tafsir dan kreasi para guru beragam dalam menerapkan ICT, atau mungkin ada guru yang tetap tenang – tenang saja mengajar dengan gaya lamanya yang sangat klasik tanpa sentuhan ICT.
Atau Sitem Manajemen Sekolah sudah sedemikian lengkap (mungkin sudah bersertifikat ISO 9001), tetapi ICT nya masih jauh ketinggalan di belakang, sehingga proses yangberjalan lambat dan tidak efisien (baca: membosankan, penuh paper work).
Atau mungkin karena budaya ICT tak dkembangkan, boleh jadi guru – guru sudah menjinjing lap top ke sana kemari, tapi tak pernah membuka emailnya secara rutin. Nah payah kan …? Atau karena internet masuk di sekolah akhirnya disertai pornografi masuk sekolah, karena budaya ICT sehat belum digarap?
.






BAB II
Pemanfaatan Microsoft Office dalam Kegiatan Pembelajaran
1. Microsoft Word
Seorang guru yang menguasai teknologi informasi adalah guru yang dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, analisis hasil belajar maupun kegiatan remedial dan enrichment telah memanfaatkan komputer secara optimal. Dokumen administrasi guru semuanya tersimpan secara digital dan setiap saat dapat diakses dan diperbaharui sesuai dengan kebutuhan.
Perencanaan pembelajaran yang dirancang guru mulai dari progam tahunan sampai rencana persiapan pembelajaran dibuat dan disimpan secara digital dalam bentuk file-file dalam program aplikasi microsoft word. Manfaat yang diperoleh guru dari pemanfaatan aplikasi wicrosoft word dalam pembuatan perencanaan pembelajaran sangat banyak, diantaranya; pertama, guru dapat memiliki back-up data yang lengkap dan setiap saat dokumen perencanaan pembelajaran dapat direvisi dan di-up-date sesuai kebutuhan. Kedua, guru dapat mem-print-out dokumen tersebut untuk kepentingan pembelajaran dan supervisi dan dapat dengan seketika melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap dokumen tersebut. Hal ini sangat membantu guru dalam efisiensi waktu, tenaga dan pikiran. Ketiga, soal-soal ulangan blok maupun harian serta bank soal dapat terdokumentasikan dengan rapih dan dapat diakses kembali untuk kepentingan assessment berikutnya. Keempat, guru mendapatkan kemudahan dalam menyiapkan dokumen pembelajaran dan penilaian karena tidak harus memulai dari nol setiap kali harus membuat dokumen pembelajaran seperti ketika semua administrasi guru dan dokumen pembelajaran masih dibuat secara manual dan konvensional. Selama ini, persoalan yang selalu dihadapi guru ketika menghadapi suvervisi adalah tidak siapnya dokumen administrasi pembelajaran karena faktor waktu yang tersedia untuk mempersiapkan dokumen tersebut tersita oleh kegiatan pokok. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, persoalan waktu dan kesulitan teknis dapat dipangkas sehingga penyusunan dokumentasi administrasi pembelajaran dan dokumentasi soal-soal menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.
Dokumen administrasi guru yang dapat dibuat dalam format microsoft word diantaranya adalah program tahunan, program semester, silabus, analisis SK dan KD, rencana persiapan pembelajaran, soal-soal ulangan blok dan harian dan dokumen lainnya yang membutuhkan software pengolah kata.
2. Microsoft Powerpoint
Microsoft Powerpoint merupakan aplikasi yang disiapkan oleh Microsoft Corporation untuk melakukan presentasi di depan publik yang terbatas. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur-fitur dan menu yang lengkap sehingga sebuah presentasi dapat dibuat semenarik dan seatraktif mungkin. Dalam prakteknya di kelas, pemanfaatan aplikasi powerpoint membutuhkan dukungan perangkat keras (hardware) yaitu satu unit komputer portable yaitu laptop dan in-focus yang berfungsi sebagai wide-screen Dengan tersedianya aplikasi ini di pasaran, guru dapat memanfaatkan aplikasi powerpoint untuk kepentingan presentasi di kelas.
Kegiatan pembelajaran akan sangat menarik dan menyenangkan di mata siswa, karena guru dalam presentasinya dapat menyisipkan suara tertentu atau bahkan lagu, gambar lucu ataupun animasi yang menarik sehingga siswa merasa senang dan tidak bosan di kelas. Dengan powerpoint telah terjadi revolusi cara mengajar guru, jika selama ini kelas dianggap siswa sebagai “penjara”, maka setelah guru menggunakan powerpoint, kelas berubah menjadi “kelas” yang menyenangkan di mana di dalamnya terjadi kegiatan pembelajaran.
Pemanfaatan aplikasi powerpoint sebagai technology based education dan multimedia learning secara bertahap sejatinya mulai diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Powerpoint sebagai software presentasi ternyata sangat membantu guru dalam memancing minat dan motivasi siswa untuk belajar. Di samping itu, suasana kelas menjadi aktif dan siswa merasa senang dengan presentasi yang ditampilkan guru. Dengan powerpoint guru menjadi leluasa untuk berimprovisasi merencanakan pembelajaran yang atraktif karena fasilitas yang ada pada aplikasi powerpoint sangat lengkap untuk membuat presentasi yang tidak membosankan. Di samping itu, guru memiliki banyak pilihan menampilkan kegiatan pembelajaran sekreatif mungkin untuk kepentingan belajar siswa.
Di antara fitur yang tersedia dalam microsoft powerpoint yang dapat digunakan oleh guru dalam membuat presentasi pembelajaran adalah:
a) Variasi background;
b) Variasi teks, warna dan grafik;
c) Menggabungkan file;
d) Hyperlink;
e) Navigasi;
f) Insert picture, video dan audio;
g) Variasi animasi;
h) Insert flash.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan membuat presentasi pembelajaran dengan menggunakan microsoft powerpoint adalah:
A. Aspek Pembelajaran:
1. Substansi materi harus sesuai dengan konsep dan teori yang benar.
2. Pemilihan topik harus sesuai dengan kurikulum.
3. Adanya konsistensi antara materi dan tujuan pembelajaran.
4. Aktualitas (sesuai dengan perkembangan mutakhir).
5. Adanya kejelasan pesan yang membantu mempermudah memahami konsep dan memperjelas pemahaman.
6. Pemberian contoh untuk membantu penjelasan.
7. Pemilihan KD yang divisualkan terutama yang bersipat verbal.

B. Aspek Teknis:
1. Suara (audio) digunakan untuk memperjelas konsep dan mencairkan suasana kelas.
2. Tampilan layar presentasi seperti warna dan tata letak harus memperjelas ilustrasi.
3. Teks harus memperhatikan jenis font, ukuran dan warna agar lebih mudah dibaca.
4. Movie dan animasi untuk memperjelas pesan.
5. Navigasi perlu memperhatikan penempatan navigasi dan bentuknya yang mudah menarik perhatian.
6. Efisiensi dengan memperhatikan waktu, tenaga dan biaya.

3. Microsoft Excel
Tugas pokok guru yang tidak kalah penting dan rumit dari melaksanakan pembelajaran adalah melakukan penilaian (assessment) terhadap hasil belajar siswa dan melakukan analisis hasil belajar untuk mendapatkan umpan balik (feedback) sebagai bahan masukan bagi guru dan siswa dalam mengambil langkah selanjutnya apakah melakukan remedial atau pengayaan (enrichment).
Ketika komputer belum merambah ke sekolah-sekolah, kegiatan penilaian dan analisis hasil belajar dilakukan secara manual dan paper oriented. Kegiatan penilaian dan analisis hasil belajar terasa begitu rumit dan menjemukan. Untuk menganalisis siswa satu kelas saja yang berjumlah 40 siswa, tidak dapat selesai dalam satu hari dengan menggunakan kalkulator.
Namun dengan memanfaatkan aplikasi microsoft excel guru dapat mengolah nilai siswa dan menganalisis tingkat kesukaran soal sekaligus dalam waktu singkat, sehingga diperoleh data berapa siswa yang perlu pengayaan dan berapa siswa yang perlu remedial serta soal mana saja yang termasuk kategori mudah, sedang maupun sukar dan soal mana saja yang ditolak, perlu direvisi maupun diterima untuk dikoleksi dan disimpan di bank soal. Di samping itu, guru juga dapat membuat raport sementara secara otomatis menggunakan rumus sebagai laporan hasil belajar siswa.
Semua pekerjaan tersebut jika sebelumnya membutuhkan waktu berhari-hari, maka setelah memanfaatkan teknologi informasi, semua pekerjaan itu dapat selesai hanya dalam waktu beberapa jam saja. Guru hanya perlu meng-entry-kan data yang ada dan selebihnya dikerjakan oleh komputer.
Misalnya ketika penulis akan memeriksa hasil ulangan blok dalam bentuk pilihan ganda atau pun uraian, maka penulis tinggal meng-entry-kan jawaban siswa dan skornya, maka secara otomatis diperoleh data nilai siswa, nama siswa yang tuntas dan tidak tuntas, jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas, tingkat kesukaran soal mana yang mudah, sedang dan sukar serta data tentang mana soal yang ditolak, perlu direvisi dan nomor berapa soal yang diterima. Di samping itu, data yang diperoleh langsung masuk ke dalam lembar Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) secara otomatis, sehingga guru tinggal mem-print-out LHBS tersebut untuk dikirim kepada orang tua.
Dengan memanfaaatkkan microsoft office, seluruh dokumen pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan analisis hasil belajar serta data tentang perkembangan siswa dan nilai siswa semuanya didokumentasikan dengan rapih dan dapat diakses kapanpun. Guru akan terhindar dari masalah pengarsipan dokumen di kantor maupun di rumah karena semua dokumen tersebut telah dsimpan secara digital. Print-out dokumen dapat dipersiapkan untuk kepentingan pembelajaran dan supervisi tanpa harus merasa khawatir hilang atau rusak karena guru memiliki back-up data di komputer.


BAB III
Internet dan Bahan Ajar Berbasis ICT
Salah satu kendala yang dihadapi guru di lapangan ketika membuat persiapan pembelajaran adalah terbatasnya buku sumber materi pembelajaran. Keberadaan perpustakaan di sekolah pun tidak dapat menjawab permasalahan kurangnya sumber belajar. Keterbatasan anggaran yang ada di sekolah semakin melengkapi alasan kurangnya ketesediaan sumber bahan ajar.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat dewasa ini telah memberikan alternatif pemecahan masalah bagi guru dalam mengatasi kesulitan sumber bahan ajar. Internet menyediakan solusi bagi guru dalam membuat persiapan pembelajaran yang berbasis ICT. Guru tinggal mengakses dan berselancar di internet untuk mencari dan menemukan materi yang dibutuhkan sebagai bahan ajar di kelas.
Interconnected Network atau lebih populer dengan sebutan internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia. Internet dapat memberikan informasi yang mendidik, positif dan bermanfaat bagi manusia, namun juga dapat dijadikan lahan kejelekan dan kemaksiatan. Hanya etika, mental dan keimanan masing-masing lah yang menentukan batas-batasnya.
Dengan adanya internet sejatinya persoalan kurangnya sumber bahan ajar tidak menjadi persoalan lagi bagi guru, karena internet sendiri adalah lautan informasi di belantara dunia maya. Apapun dapat diakses oleh guru asalkan tahu caranya. Internet adalah pintu gerbang informasi yang terbuka sehingga siapapun dapat mengakses, termasuk siswa. Saat ini, sulit sekali ditemukan siswa yang tidak mengenal dan akrab dengan internet terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan.
Internet telah merubah pola-pola komunikasi, pola sosial dan tatanan nilai yang selama ini telah mapan di masyarakat, bahkan secara ekstrim telah menafikan batas-batas teritorial antar negara. Informasi bukan lagi milik mereka yang pintar, melainkan milik mereka yang memiliki akses ke media informasi. Jika selama ini guru dipandang sebagai pigur yang serba tahu dan pemegang otoritas tunggal di kelas, maka seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, anggapan tersebut dapat dikoreksi, apalagi jika guru tersebut buta internet. Di jaman sekarang, seorang siswa sah-sah saja lebih pintar dari gurunya karena siswa tersebut sering mengakses internet dan membaca buku ketimbang gurunya.
Namun demikian, saat ini kesadaran akan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi bagi kepentingan dunia pendidikan sudah merasuki semua stockholder pendidikan. Ketika guru mengajar di kelas multimedia, maka disamping menggunakan aplikasi powerpoint sebagai software presentasi, maka guru dapat meng-insert bahan ajar yang berbasis ICT ke dalam presentasi tersebut. Powerpoint dalam kaitannya dengan bahan ajar yang berbasis ICT tidak lebih hanya sebagai media yang menampilkan bahan ajar tersebut supaya lebih menarik. Sementara bahan ajar itu sendiri bersumber dari internet atau pun dibuat sendiri oleh guru dengan menggunakan software tertentu.

F. Hardware and Software yang Mendukung
Untuk dapat menampilkan berbagai bahan ajar berbasis ICT baik yang bersumber dari internet maupun hasil kreatifitas guru sendiri, terdapat beberapa fasilitas yang perlu dipersiapkan oleh pihak sekolah, yaitu:
1) Hardware (perangkat keras)
Perangkat keras yang minimal perlu dipersiapkan di sekolah yang mendukung pada kegiatan pembelajaran berbasis ICT adalah:
a. Ruang multimedia
b. Satu unit laptop dengan spesifikasi minimal:

  • Prosessor minimal Celeron.
  • Memori minimal 512 MB
  • Harddisk minimal 80 GB
  • DVD Writer
  • Modem internal atau eksternal
  • VGA card minimal 64 MB
  • Sound card
  • USB fort
  • Card reader dan webcam
c. Satu set in-focus
d. Satu unit printer
e. Satu unit televisi berwarna minimal 21 inchi
f. Satu unit DVD player
g. Satu set sound system
h. Line Telepon atau pemancar


2) Software (perangkat lunak)
a. Operating system Windows XP atau Linux
b. Microsoft office (Word, Excel, Power point, Access)
c. Java applet
d. Shockwave player
e. Macromedia Flash
f. Quick Time Player
g. Adobe Acrobat Reader
h. Breeze

i. Search engine yang popular seperti Google dan Yahoo dan software untuk browsing internet yang popular seperti Internet Explorer, Mozilla Firefox, Safari dan Opera.
Di samping perangkat keras (hardware) dan lunak (software) tersebut, juga tidak kalah penting adalah guru sebagai brainware yang akan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Guru perlu menguasai dan mengerti perangkat keras dan perangkat lunak tersebut agar dapat membuat persiapan pembelajaran berbasis ICT.
Untuk berkomunikasi di internet dengan netter di belahan dunia lainnya dengan menggunakan e-mail, maka seorang guru perlu untuk memiliki account di internet dengan mendaftar di Yahoo. Adapun cara untuk mendaftar e-mail di Yahoo secara gratis dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
- Klik Browser Internet Explorer atau kalau ada Mozilla Firefox.
- Ketik alamat yang diinginkan http://www.yahoo.com
- Lalu klik Mail
- Kemudian klik Sign Up Now
- Setelah tampilan yang berikutnya terbuka, anda pilih yang Free atau gratis.
- Setelah tampilan yang berikutnya terbuka, anda dapat mengisi formulir yang tersedia.
- Kemudian setelah formulir terisi, kliklah Submit This Form.

Setelah memiliki account di Yahoo, maka seorang guru dapat membuka dan mengirim e-mail secara gratis. Adapun cara untuk membuka e-mail sebagai berikut:
- Klik Browser Internet Explorer
- Ketik alamat Yahoo http://www.yahoo.com
- Masukan Yahoo ID dan Password lalu tekan Sign In
- Setelah klik Check E-mail
- Klik In-Box
- Klik Subject E-mail yang ada di In-Box.

Jika ingin mengirim e-mail, dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini:
- Klik Compose atau new
- Isi kolom yang tersedia, yaitu:
- To: alamat e-mail yang dituju.
- Cc: alamat e-mail lain
- Bcc: alamat e-mail lain lagi
- Subject: hal surat/judul surat

PEMANFAATAN BLOG DALAM PEMBELAJARAN
Blog, dengan segala keunggulannya, tentu dapat dimanfaatkan oleh dunia pendidikan untuk mengembangkan proses transfer ilmu, namun, implementasinya juga tidak serta merta dilakukan begitu saja, melainkan membutuhkan strategi penyesuaian dengan kemampuan dan kebutuhan antarpihak yang terlibat dalam sebuah proses pembelajaran.
Dalam konteks dunia pendidikan, guru dan murid perlu terlebih dahulu diperkenalkan kepada konsep pembelajaran elektronik dan blog beserta manfaat-manfaatnya, yang sudah dibeberkan di atas tadi.
Selanjutnya, mereka perlu didorong untuk selalu mendokumentasikan apa
yang ada di dalam pikiran mereka, termasuk di antaranya adalah pengetahuan, pengalaman, perasaan, pendapat, dan lain-lain, dengan metode yang paling sesuai dengan kepribadian masing-masing, apakah itu lewat tulisan, gambar, suara, atau video. Hal ini, selain berguna sebagai ajang latihan mengungkapkan ide-ide yang terpendam, juga berguna untuk penghematan biaya dalam hal publikasi gagasan karena dengan media blog, sebuah gagasan tidak perlu dimuat dalam ribuan lembar kertas agar dapat terpublikasi secara luas.
Setiap buah pikiran yang berhasil mereka dokumentasikan, sebaiknya diberi apresiasi agar mereka juga semakin terpacu untuk mendokumentasikan pengetahuan yang mereka punya. Apresiasi tersebut tidak harus berupa materi, tapi bisa juga berupa tanggapan, pengakuan, pujian, dan bahkan kritikan atas apa yang mereka berhasil dokumentasikan.
Kelar berlatih untuk mendokumentasikan pengetahuan, mereka hendaknya juga didorong untuk membangun jaringan (networking) yang dibentuk berdasarkan kesamaan bidang/tema yang diminati. Pembentukan jaringan ini dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas sindikasi.
Dengan mengumpulkan kode-kode sindikasi dari blog-blog yang mempunyai kesamaan tema dalam satu agregat, maka baik guru atau murid dapat mengikuti update terbaru tentang sebuah tema dari blog-blog lain.
Pembentukan jaringan maya ini dapat menggantikan kelas-kelas diskusi yang selama ini selalu terbatas pada waktu dan sebuah ruangan fisik, sehingga proses pembelajaran pun dapat diselenggarakan dengan lebih fleksibel.











BAB V
Kesimpulan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat telah merambah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk menyentuh dunia pendidikan. Karena itu, sekolah dan guru tidak dapat mengelak dari trend ini hanya karena persoalan anggaran atau pun persoalan keterbatasan akses dan wawasan. Satu hal yang harus dilakukan adalah melangkah maju dan menceburkan diri tanpa ragu ke dalam arus teknologi ini untuk kemajuan dunia pendidikan kita.
Guru sejatinya memberi contoh kepada siswa bahwa teknologi merupakan suatu keniscayaan yang sedang dihadapi, sehingga penguasaan teknologi adalah sesuatu yang harus direbut oleh siswa. Pemanfaatan teknologi infomasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran perlu diusahakan oleh guru sesuai dengan kemampuan masing-masing sekolah dan guru bersangkutan.
Bahwa terdapat tantangan-tantangan seperti keterbatasan anggaran untuk melengkapi infrastruktur yang mendukung pada penguasaan teknologi informasi dan komunikasi ini adalah fakta, namun satu hal yang perlu dilakukan adalah membuat satu langkah awal yang mengarah pada penguasaan teknologi baik oleh guru maupun oleh siswa. Satu langkah awal selalu diikuti oleh langkah berikutnya dan terkadang oleh suatu lompatan besar. Karena itu, sekolah dan guru harus memprioritaskan penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam program prioritas. Seluruh sumber daya yang ada secara sinergis diarahkan pada pencapaian program ini sehingga diharapkan sebagaimana target pemerintah bahwa tahun 2009 75% sekolah menengah telah memiliki akses internet dan menerapkan ICT dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
 Saran
Adapun saran yang akan disampaikan berdasarkan pada uraian pada makalah ini adalah:
1. Perlu diadakan pelatihan internet dan aplikasi tertentu seperti microsoft Office khususnya powerpoint atau aplikasi membuat animasi untuk para guru di setiap sekolah agar para guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis ICT. Pelatihan tersebut baiknya diadakan di setiap sekolah dengan melibatkan seluruh guru mata pelajaran sehingga akan ada pemerataan pemahaman tentang materi pelatihan yang diberikan. Sementara pelatihan internet dan ICT yang selama ini pernah diadakan hanya menyentuh sebagian kecil guru di sekolah. Desiminasi yang diharapkan ternyata tidak berjalan baik karena faktor psikologis antar guru dan kurangnya respon yang memadai dari sekolah.
2. Alokasi anggaran untuk pelatihan dan penyediaan infrastruktur ICT dalam RAPBS perlu mendapatkan porsi yang besar untuk mendukung akselerasi penguasaan teknologi oleh guru dan siswa.
3. Perlu adanya komunikasi yang intensif dan produktif terutama antara pihak sekolah dengan masyarakat khususnya komite sekolah dalam menentukan prioritas anggaran sekolah dan menentukan besaran anggaran yang dapat diperoleh dari masyarakat.
4. Perlu adanya kesamaan persepsi diantara guru tentang pentingnya teknologi informasi dan komunikasi dengan memprioritaskan kepemilikan personal computer (PC) di rumah masing-masing dengan spesifikasi yang memadai untuk mengakses internet.
5. Perlu adanya dialog dengan masyarakat sebagai stockholder pendidikan tentang program-program sekolah untuk mendapatkan support dan dukungan dari masyarakat dan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan program sekolah. Pola ini lebih menempatkan masyarakat sebagai mitra sekolah ketimbang sebagai oposisi terhadap sekolah. Kesamaan persepsi antara sekolah dan masyarakat akan sangat produktif bagi keberhasilan program sekolah termasuk di bidang penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.




















PENDEKATAN PENERAPAN ICT
DI SEKOLAH

TUGAS MATA KULIAH
PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR
Dosen : DR.Samsudin, M.Pd



DISUSUN OLEH KELOMPOK   I
Ita Erliyanah
Hj. Rumsini
Aning Asyaroni
Siti Juhaeriyah









MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASYAFI’IYAH
TAHUN 2011